Hiasan kepala pengantin tak hanya sekedar menjadi aksesoris semata yang berguna untuk memperlihatkan kecantikan seorang pengantin di hari bahagianya, tetapi merupakan simbol yang memiliki makna mendalam. Hiasan kepala pengantin di Indonesia sangat beragam, ada yang menjulang tinggi, bentuk unik, massa yang berat dan sebagainya. Warna-warna hiasan kepala pun beragam, tetapi memang identik dengan warna emas menyala. Sahabat Makna penasaran kira-kira apa makna dari hiasan kepala pengantin Indonesia? Baca sampai habis ya!
Sumatra Barat
Sebagian masyarakat Indonesia mungkin sudah mengetahui bahwa hiasan kepala atau mahkota yang dipakai oleh pengantin perempuan dalam adat Minangkabau memiliki berat yang tak ringan. Berat mahkota ini bisa mencapai 3-5 kilogram, tergantung bahan yang digunakan dalam pembuatannya dan tingkatan. Hiasan kepala ini biasa disebut dengan suntiang dalam bahasa Minang. Aslinya, suntiang memiliki 13 tingkatan, tetapi sekarang sudah ada yang memakai hanya 9-11 tingkatan saja. Lapisan di mahkota ini ada 5, pertama suntiang ketek yang menyimbolkan sopan santun dan budi pekerti. lalu, untaian bunga melati melambangkan kedamaian. Selanjutnya, mansi-mansi yang melambangkan kebijaksanaan dan kedewasaan, terakhir bagian paling atas yang tersusun kembang goyang dan hiasan bagian kanan dan kiri disebut kote-kote.
Aceh
Patam Dhoe adalah sebutan untuk mahkota pengantin perempuan yang berasal dari Provinsi Aceh. Mahkota ini memiliki ukiran di bagian tengah berupa daun sulur, motif lainnya adalah bunga-bunga dan bulatan yang disebut boengong. Makna dari corak ini adalah tanda bahwa perempuan sudah menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari suaminya dan resmi menyadang status sebagai istri. Patam dhoe biasanya terbuat dari emas dan dikenakan di bagian dahi mempelai perempuan.
Gorontalo
Setiap elemen di hiasan kepala pengantin wanita Gorontalo memiliki makna tersendiri, seperti baya lo boute, yakni ikat kepala dengan makna perempuan terikat suatu tanggung jawab dan semua pikirannya harus digunakan untuk kepentingan rakyat. Layi, yaitu bulu angsa yang diletakkan di ubun-ubun berwarna merah dan putih sebagai simbol keberanian dan kesucian. Tuhi-tuhi, yaitu gafah sebanyak 7 buah yang memiliki panjang lebih tinggi dari lainnya, diibaratkan sebagai 2 kerajaan yang bersaudara. Selanjutnya adalah dungo bitilia, bitilia adalah pohon rimbun yang rimbun dan berdaun besar, melambangkan pengayom terhadap masyarakat. Terakhir adalah taya, yakni timbangan yang diletakkan di kiri dan kanan samping bagian mata, memiliki makna keadilan.
Jawa
Paes pastinya sudah menjadi ciri khas dari pengantin jawa, berbentuk melengkung dengan warna hitam dan emas, melambangkan kebesaran tuhan dan perempuan sebagai penyeimbang dalam keluarga. Selain paes, ada juga cundul mentul yang dipasang menghadap belakang, memiliki arti perempuan memiliki paras yang cantik dilihat dari depan atau pun belakang. Biasanya cundul memiliki jumlah ganjil dan makna masing-masing, misalnya sembilan mengartikan walisogo, tujuh bermakna pertolongan, lima simbol rukun Islam dan tiga melambangkan trimurti. Kemudian gunungan, yang memiliki makna bahwa perempuan adalah makhluk terhormat. Lalu, centung yang berbentuk gerbang terbuka, diletakkan di samping kanan dan kiri kepala melambangkan perempuan siap memasuki gerbang kehidupan baru bersama pasangan.
Bugis
Hiasan kepala pengantin perempuan khas suku Bugis disebut mahkota saloko. Ternyata mahkota ini berat juga, bisa mencapai 2,5 kilogram. Mahkota ini diletakkan sebagai bando di kepala mempelai perempuan, bentuknya mirip seperti burung merak. Mahkota saloko harus dipasang dengan rapih dan sejajar serta harus terlihat dari depan hingga belakang. Makna mahkota saloko ini adalah melambangkan identitas etnis setempat. Di bagian belakang diberi sanggul dan ditambah hiasan bunga logam bernama pinang goyang. Sisi samping diberikan sentuhan hiasan bunga simpolong.
Bali
Gelungan agung adalah hiasan kepala pengantin perempuan Bali. Gelungan agung sudah ada sejak zaman kerajaan kuno dan masih dilestarikan hingga kini. Dahulu, gelungan agung hanya dipakai oleh para bangsawan dan raja-raja di Bali. Gelungan agung berbentuk susunan bunga sendat berwarna emas, dihiasi srinata atau lengkungan emas di dahi yang berbentuk simetris dan mahkota emas. Gelungan agung menandakan tingkatan kasta perempuan Bali. Semakin tinggi dan rumit susunan sandat, maka semakin tinggi pula kasta perempuan tersebut.
Unik-unik banget ya Sahabat Makna, hiasan kepala pengantin Indonesia ini. Kalau Sahabat Makna, mau pakai hiasan kepala tradisional yang sarat makna ini gak?