Indonesia memiliki berbagai macam kebudayaan dan tradisi, bahkan tradisi pernikahan pun sangat beragam. Setiap daerah di Indonesia mulai dari Sabang hingga Merauke memiliki tradisi tersendiri dalam pernikahan. Mulai dari baju pengantin yang beraneka macam, mahar, aksesoris yang dipakai, hingga rangkaian acara pernikahan itu sendiri. Di antara berbagai macam tradisi pernikahan, ada beberapa tradisi yang unik Sahabat Makna, ini dia 10 tradisi pernikahan unik di Indonesia
Maminang – Sumatra Barat
Pada umumnya, pihak mempelai laki-lakilah yang pergi ke rumah pihak perempuan untuk melamar. Namun, berbeda halnya dengan tradisi masyarakat Minangkabau. Di tanah Minang, pihak keluarga perempuan yang datang ke rumah laki-laki untuk melamar dengan membawa seserahan lengkap bahkan cincin pernikahan. Hal ini sejalan dengan tradisi masyarakat Minang yang menganut sistem matrilineal, yakni garis keturunan berada di ibu.
Munggah – Palembang
Rangkaian acara pernikahan dalam adat Palembang cukup banyak, tetapi yang menjadi puncaknya adalah acara munggah. Acara puncak ini dilakukan setelah akad nikah, rombongan mempelai laki-laki datang dengan membawa hantaran. Setelah sampai di kediaman perempuan, ibu mempelai perempuan menyambut dengan membalutkan songket ke punggung mempelai pria untuk digiring ke kamar mempelai perempuan. Kemudian mempelai pria membuka kain penutup wajah perempuan. Dilanjutkan dengan kedua orang tua menyuapkan nasi ketan kunyit dan ayam panggang ke pengantin dan prosesi cacap-cacapan.
Palang Pintu – Betawi
Tradisi pernikahan satu ini memadukan antara dua kesenian, yakni beladiri dan sastra pantun. Ketika rombongan mempelai laki-laki datang ke rumah mempelai perempuan, pihak laki-laki harus melewati pintu dengan cara menunjuk satu jawara untuk memperlihatkan seni beladiri sekaligus melontarkan pantun. Pihak perempuan pun menunjuk satu jawara untuk melakukan hal yang sama seperti pihak laki-laki, sehingga saling berbalas pantun. Setelah berbalas pantun, barulah pihak laki-laki diperkenankan masuk ke rumah perempuan untuk prosesi selanjutnya. Tradisi ini menyimbolkan ujian yang harus dilalui laki-laki untuk meminang perempuan.
Adol Dawet – Jawa Tengah
Tradisi ini dilakukan oleh orang tua pihak perempuan, yakni berjualan dawet kepada para tamu undangan. Ibu bertugas untuk menyiapkan dawet dan melayani pembeli, sedangkan bapak bertugas memayungi ibu dan melayani pembayaran. Makna dari tradisi ini bahwa dalam berumah tangga istri dan suami harus saling membantu. Tamu undangan dapat membeli dawet dengan menggunakan kereweng yang terbuat dari tanah liat. Hal ini sebagai simbol bahwa kehidupan manusia sejatinya dimulai dari nafkah yang diberikan bumi.
Urrampan Kapa’ – Toraja
Ternyata masyarakat Toraja sudah mengenal perjanjian pra nikah sejak dahulu, dinamakan sebagai urrampan kapa’. Tradisi ini adalah kegiatan diskusi antara pihak keluarga mempelai perempuan dan mempelai laki-laki yang membahas mengenai hukum yang akan dijatuhkan kepada kedua calon pengantin jika di kemudian hari kedua pengantin melanggar komitmen berumah tangga.
Upacara Mandengen-dengen – Bali
Upacara ini adalah salah satu rangkaian acara pernikahan adat Bali. Bertujuan untuk menyucikan diri dari hal-hal negatif, upacara ini dipimpin oleh pemimpin agama atau pemangku adat. Contoh dari upacara ini ialah menyentuhkan kaki pada kala sepetan, melakukan jual beli antara pihak laki-laki dan perempuan, menusuk tikeh dadakan yang dilakukan oleh pihak mempelai laki-laki sebagai simbol kekuatan Lingga dan Yoni, terakhir memutuskan benang yang terbentang antar pohon dadap, menyimbolkan kedua mempelai siap memasuki kehidupan rumah tangga.
Uang Panai – Makassar
Di luar dari mahar atau mas kawin, pihak pria harus memberikan uang panai kepada pihak perempuan jika hendak meminang. Uang panai diberikan dalam bentuk uang sebagai uang belanja untuk biaya pesta pernikahan yang akan digelar atau harta benda, seperti rumah, tanah atau perhiasan. Uang panai menjadi momok yang cukup menakutkan bagi pria di Makassar ketika hendak menikah. Hal ini karena biasanya, uang panai yang diminta pihak perempuan tergantung pada keturunan keluarga dan status pendidikan, semakin tinggi status keluarga dan pendidikan maka akan semakin besar pula uang panai yang diminta.
Pingitan – Jawa
Dalam tradisi masyarakat Jawa, ketika akan menikah calon pengantin laki-laki dan perempuan tidak diperkenan untuk bertemu sampai hari sakral. Pingitan dilakukan bukan dalam jangka waktu sehari atau dua hari saja, tetapi bisa satu sampai dua bulan loh. Ketika pingitan, menjadi waktu yang tepat untuk calon mempelai, khususnya perempuan merawat diri sebelum dipersunting pujaan hati. Tujuan dari tradisi ini adalah untuk memupuk rasa rindu kedua calon pengantin, membangun rasa kepercayaan dan kesabaran serta menghindari mara bahaya.
Ararem – Papua
Ararem memiliki makna berupa mas kawin. Tradisi ararem ini yakni mengantarkan mas kawin oleh pihak calon pengantin pria kepada keluarga calon pengantin perempuan. Sama seperti kebanyakan daerah lain di Indonesia, besarnya mas kawin ditentukan oleh kesepakatan keluarga calon pengantin perempuan. Mas kawin diantarkan dengan cara berjalan kaki secara arak-arakan disertai nyanyian dan tarian yang diiringi oleh musik.
Kawin Culik – Suku Sasak
Sebelum meminang pujaan hati, laki-laki Suku Sasak harus menculik calon pengantin perempuan. Sebelumnya, kedua calon pengantin sudah menyepakati waktu proses penculikan, kemudian calon pengantin pria harus menculik calon mempelai perempuan tanpa diketahui oleh keluarga perempuan, biasanya dilakukan di malam hari. Ketika berhasil, keduanya akan menginap di rumah kerabat dan esoknya pihak laki-laki akan memberikan kabar kepada keluarga perempuan bahwa anaknya sudah diculik. Maka, pernikahan pun harus segera dilangsungkan.
Unik-unik ya Sahabat Makna berbagai macam tradisi pernikahan yang ada di Indonesia. Kalau menurut Sahabat Makna mana nih yang paling unik atau ada yang dari daerah kamu?